Namanya juga sakit, datangnya nggak terhindarkan… apalagi kenyataannya kita tidak hidup di lingkungan yang 100% steril & bersih. Dimana-mana kena sakit memang nggak enak, karena selain terasa mengganggu, jujur aja, jadi bikin ekstra-kuatir akan kondisi si baby dalam kandungan.

Jadi inget… pas jaman kuliah & kerja, gue adalah orang yang pas sakit langsung nenggak obat. Pusing dikit, nenggak neuralgin. Migrennya kambuh, nenggak panadol-merah. Pilek-flu datang, langsung nenggak Decolgen atau Procold. Maag meliliti perut, langsung ngunyah tablet obat maag. Gampangan banget nenggak obat. I know… ini habit yang nggak bagus banget, karena sebenarnya nggak semua pusing-pilek itu harus ditumpas oleh obat (kadang minum air putih banyak-banyak aja udah bisa nyembuhin). Tapi nggak tahu kenapa, kok dulu malah lebih milih “jalan-pintas” ini… mungkin karena efek cesplengnya langsung terasa ya ? (namanya juga obat…)

Begitu Agustus lalu dokter “ketok-palu” ngasih tahu positif hamil, semuanya berubah. Perjalanan 6 bulan mengandung sampai saat ini (somehow) sukses mengubah habit “doyan-tenggak-obat” & membuat gue beralih-mahzab memilih “jalan-berliku” berupa mengubah pola hidup & kebiasaan makan… nggak apa-apa sedikit bersusah-susah, yang penting nggak kemasukan zat-zat asing. Tapi sepandai-pandainya menjaga diri, yang namanya sakit… datangnya nggak terduga. Kalau terlanjut kena, harusnya gimana dong ?

Sebenarnya beberapa minggu sebelum “confirmed” hamil, gue kena batuk yang bikin tenggorokan perih gatal-gatal. Karena sangat mengganggu & berlangsung lebih dari 2 hari, akhirnya diminumin obat batuk cina “Ibu dan Anak” (Nin Jiom Pei Pa Koa). Kalau batuknya sudah ekstra mengganggu, gue hanya minum obat tersebut karena terbuat dari bahan-bahan alami. Serius, waktu itu gue samasekali belum tahu kalau ternyata udah positif hamil. Begitu dokter ngasih tahu hamil, langsung deh lapor-diri ke dokternya kalau minggu laluΒ  sempat kena kena batuk-flu & minum obat apa aja. Trus sekalian tanya juga : apakah obat tersebut aman untuk dikonsumsi ibu-hamil ?

Pas diperiksa (sekalian) sama dokter, kata dokter obat batuk tersebut aman selama diminum sesuai dosisnya. Kecuali kalau memang diresepkan oleh dokter, sebisa mungkin jangan langsung minum Benadryl, Bisolvon, atau obat batuk “keras” lainnya. Sampai sekarang, alhamdulillah batuknya nggak hinggap lagi. Untuk kasus meriang-demam yang sempat datang bersama si batuk, dokter nggak ngobatin pakai antibiotik karena emang nggak bakalan ngefek. Mau “dihajar” antibiotik apapun, yang ada malah nanti membuat kuman-kuman di tubuh jadi resisten πŸ™Β  Pesan dokter cuma satu : jangan coba-coba mengobati diri-sendiri dengan minum antibiotik tanpa resep. Dokter-lah yang lebih tahu resepnya & apakah sakitnya disebabkan infeksi bakteri strep-throat, atau karena virus. Pokoknya jangan coba-coba menyembuhkan diri-sendiri dengan menebak takaran antibiotik; salah-salah malah mempengaruhi pertumbuhan janin & juga bikin kuman penyakitnya semakin kebal terhadap antibiotik tersebut πŸ™

Oia… selain minum obat batuk “Ibu & Anak” itu, perih di tenggorokannya gue coba lenyapkan pakai resep tradisional : garggling (berkumur-kumur di pangkal tenggorokan) pakai larutan air garam = secangkir air matang + 2 sdm garam dapur. Selama ini sih ngefek, dengan catatan : garggling-nya harus dilakukan begitu pertama-kali tenggorokan terasa pedih & gatal. Kalau ternyata radangnya sudah berlanjut, yah mau-nggak-mau harus ke dokter untuk diobati tuntas. Trus gue juga banyak-banyak makan sup ayam bumbu jahe buatan Ibu, makan buah pepaya & jeruk, serta minum air lemon & seduhan air jahe + madu; Alhamdulillah, flu reda dengan sendirinya.

Kemudian saat awal trimester kedua, migren gue sempat kambuh lebih sering dari biasanya. Pas periksa ke dokter, katanya pada beberapa wanita, tendensi kambuhnya migren bisa meningkat saat sedang hamil. Penyebabnya bisa karena hormonal, atau kambuh setelah kena cuaca panas terik, kecapekan, atau setelah melahap makanan-minuman yang jadi pencetus migren (faktor-faktor pencetus migren ini sendiri memang beragam banyaknya). OK… mencegah selalu lebih baik daripada mengobati; gue ikuti saran dokter buat nggak melahap makanan pencetus migren, banyak minum air putih, nggak panas-panasan kena terik matahari & memperbanyak istirahat (termasuk disuruh cuti mantengin layar laptop & mainan internet !! πŸ˜› ). Kalau migrennya masih muncul juga, dokternya bilang silakan minum sebutir Panadol. Selama dipakai dalam dosis yang dianjurkan, paracetamol & acetaminophen (bahan aktifnya panadol) masih aman dikonsumsi ibu hamil. Akhirnya tu Panadol Acti-Fast baru diminum pas gue udah nggak tahan lagi sama migrennya; Alhamdulillah mereda. Yang strict nggak boleh diminum : aspirin, codein & obat-obatan yang mengandung kafein, dekstrometrorfan, asam asetilsalisilat & ibuprofen.

Disaat yang bersamaan dengan kumatnya migraine, maag juga ikutan kambuh. Aneh, padahal gue sudah menjauhi makanan-makanan pedas & berbumbu sejak awal kehamilan (bahkan sampai mual-mual eneg kalau cium bau kari). Sampai di suatu malam, sakitnya terasa melilit sekali, sampai bikin badan menggigil & keluar keringat dingin. Nggak mau ambil resiko meminum obat tablet-kunyah, kami malam itu juga kami ke RS & langsung cek ke dokter. Again… dokter bilang, maag (gastric problem) ini bisa bertambah intensitasnya selama kehamilan. Gue diminta untuk menjauhi makanan-makanan pencetus maag & makan dalam porsi kecil tetapi dipersering. Hohohoo… as i said before, dengan senang hati gue menjauhi kari & spicy foods lainnya (lha wong lidahnya udah nolak dari kapan tau). Untuk mengobatinya, dokter membolehkan untuk makan tablet kunyah antasid Maalox, atau minum Mylanta (lebih baik minum antasid tersebut, daripada kesiksa lilitan sakit perut). OK… coba makan sebutir Maalox. Begitu minum, langsung lho pedihnya mereda πŸ˜†

Sekarang sih kalau perutnya mules-mules melilit, nggak langsung diminumin antasid. Gue coba ingat-ingat dulu, sebelum ini makan makanan apa yang mencetus si sakit perut. Kemudian minum teh hangat encer tanpa gula, plus makan pisang (pisang selalu berhasil ngobatin sakit perut gue). Kalau masih sakit juga… baru deh kunyah sebutir Maalox.

Intinya sih sedari awal pemeriksaan kehamilan, segera informasikan ke dokter penyakit-penyakit apa saja yang kerap/sedang/pernah diderita, DAN minta info ke dokternya tentang obat-obatan bebas apasaja yang aman dikonsumsi saat hamil. Kalau misalnya sakit tersebut awet sampai lebih dari 2 hari, langsung konsultasikan ke dokter kandungan; atau kalau ke dokter umum, dengan catatan bilang kalau sedang hamil supaya diresepkan obat yang aman untuk kehamilan. Di lain sisi, beristirahat cukup, moderately active & melahap makanan-minuman yang sehat mutlak dilakukan untuk tubuh & kehamilan yang sehat πŸ˜‰