greenherbs… Nope, ini bukan ulasan tentang food court di Plaza-Senayan yang Soto Betawi-nya enak ituh. Jadi maaf ya untuk para pecinta kuliner πŸ˜‰ Kali mari kita sedikit “menyerempet” berbicara tentang… tanaman bumbu. Ternyata, nggak jauh-jauh juga ya dari soal makanan πŸ˜† Bukan 100% makanan, tapi justru inilah yang bikin makanan jadi sedappp.

Waktu tahun lalu ayah berkunjung ke sini, beliau berkomentar : “Kak, di depan flat kamu ditaro tanaman-tanaman hias dong. Yang kecil-kecil gitu. Kan seger dilihat, Kak… Hijau-hijau tiap pagi, dilihatin sambil disiram… Bikin adem lho.”

Gue cuma nyengir mendengar usulan ayah. Nyengir, karena berbeda dengan ayah yang bertangan-dingin dalam hal memelihara tanaman, tangan gue samasekali nggak ‘dingin’ dalam hal miara tanaman. Oo, i’m suck at growing plants… in fact, kayaknya nggak segitu jagonya miara makhluk-hidup; miara suami-tercinta aja kadang-kadang masih suka lupa dikasih sarapan πŸ˜† Dan, gue pikir kalau harus lihat yang hijau-hijau segar, gue sudah cukup puas memandangi deretan pohon besar di halaman parkiran apartemen, yang tumbuh pas didepan jendela balkon flat kami. Regularly, pepohonan tersebut selalu mengeluarkan bunga-bunga kuning & pink segar yang cantik. Sangat indah, menentramkan mata… serta cukup biarkan siraman hujan & cahaya matahari dari langit yang merawatnya πŸ˜†

As far as i remembered, tanaman yang gue piara biasanya selalu bernasib mengenaskan; either lupa disiram, atau udah rajin disiram tapi kemudian kena jamur/kutu daun/penyakit tanaman lainnya, atau tumbuh meliar di tanah dimana biji tumbuhan tersebut dijatuhkan πŸ˜† Judulnya doang ya gue kuliah di institut pertanian, tapi tangannya ‘panasan’ kalo merawat tumbuhan. Ironis, memang πŸ˜† Sepanjang ingatan gue, makhluk hidup berwarna hijau-daun yang sukses gue pelihara & biakkan adalah… kultur biakan sianobakteri, di lab. Duluuuu banget. Itupun sukses dipelihara karena dibawah deraan & tekanan supaya penelitian buat skripsinya segera beres & lulus πŸ˜† Oh, satu lagi : gue sukses menanam kecambah kacang hijau, untuk preparat praktikum lab biologi-dasar πŸ˜† Juga, lumut yang tumbuh di dinding luar samping kosan gue dulu (yang ini sejujurnya gue nggak tahu tumbuh dari kapan). See ? Makhluk hidup berklorofil yang sukses gue pelihara adalah tumbuhan-tingkat rendah, kecambah, serta satu algae mikroskopik uniseluler… Belum ada sesuatu yang berbatang kokoh, berdaun & menghasilkan buah atau bunga yang bisa gue rawat. Ini membuat gue kepikiran : apakah gue adalah produk anomali dalam keluarga gue ? Karena bokap-nyokap jago dalam hal mengurus tanaman, bahkan sepupunya bokap (Uwa’ & suaminya) ada yang sukses berkebun sayur-mayur & herbs di Cibodas sana… dari yang ditanam secara konvensional, organik, sampe secara hidroponik & aeroponik. Gue sampai ternganga waktu jalan-jalan ke kebunnya Uwa’, melihat suguhan visual yang menggiurkan berupa tomat-tomat merah nan ranum yang masih menggantung di tangkainya, ketimun & melon yang guede-guede pas dipanen, juga barisan daun selada hijau segarrr yang menggoda buat dipetik & dilahap bersama italian-herbs salad dressing πŸ˜†

Balik lagi ke soal merawat tanaman…

… di rumah ortu gue di Jakarta, ayah menanam banyak tumbuhan di pekarangan rumah kami. Ada pohon mangga, pohon walisongo, pohon asam jawa/tamarind… Ada juga pohon kembang sepatu, oleander, morning glory, anggrek & bunga kupu-kupu (yang kalau musim berbunga akan tampak warna-warni, indah & sooo frolicking), semak melati belanda, melati jasminum sambac & pohon kemuning (yang kalau berbunga, aroma harumnya tercium sampai ke sudut belakang rumah dan selama seminggu kami nggak perlu menggunakan air freshener)… Sampai dengan tanaman-bumbu seperti pohon kunyit & dua pohon Temurui yang daunnya sangat harum. Daun pohon Temurui ini kerap disebut sebagai daun kari, yang sering digunakan sebagai penyedap masakan Aceh & India-mamak. Di dapur rumah ortu, daun Temurui udah jadi bumbu wajib… sewajib lada hitam, cabe, italian herbs, garam-gula, serta… terasi πŸ˜†

Biasanya kalau ayah-ibu memasak makanan Aceh (seperti gulai ikan tenggiri, ikan asam padeh, atau tumis ikan-kayu), atau ingin membumbui-ulang gulai kambing yang dibeli dari restoran padang (kurang sedap tanpa daun temurui), kami hanya tinggal memetik sejumlah daunnya dari pohon di depan rumah & merajangnya untuk dimasukkan ke dalam masakan… as simple as that πŸ˜‰ To be honest, tiap kali gue keluar rumah memetik daun temurui dari pohon, gue serasa jadi tokoh Tilo yang diperankan Aishwarya Rai di film Mistress of Spices… dimana Tilo mengolah bumbu-bumbu yang ditanamnya di pekarangan rumah menjadi ramuan-ramuan ajaib unutk membantu orang-orang πŸ˜‰

OK, i *might* suck at growing plants. Tapi setelah nonton Mistress of Spices & setia ngikutin seri tayangan Jamie at Home (ngiler-abiz lihat dapurnya Jamie Oliver yang menghadap ke kebun sayuran & bumbu-herbs!!), gue menyimpan impian untuk membuat sepetak spice garden diΒ  rumah-masa-depan gue nanti πŸ˜‰ Just… a small sanctuary for me, growing those spices and herbs. I dreamed about growing some windowsill herb-garden with folding-greenhouses in my future-kitchen… but a small rooftop garden, or a backyard greenhouse would be nice πŸ™‚

balconygarden

Serius… gue selalu membayangkan punya taman kecil yang dipenuhi bumbu-bumbu ini. Apalagi setelah tadi pagi membaca artikel ini, malah jadi semakin pengen πŸ˜† Nggak perlu berupa taman yang besar & penuh oleh bushes, tapi cukup memanfaatkan lahan kosong di balkon atas rumah atau sudut pekarangan. Tanaman-tanaman bumbu herbal tersebut ditanam dalam pot-pot, kemudian disusun dalam petak-petak meja rak. Biar agak-agak artsy, rak & pot-potnya akan gue lukis berwarna-warni πŸ˜‰ Tanaman bumbunya juga yang sederhana aja seperti jahe, kunyit, seledri, kucai/daun bawang, daun ketumbar (cilantro), kemangi, lengkuas, sereh & bunga kecombrang. Oh, gue juga pengen menanam daun mint, daun basil,Β  rosemary, oregano & thyme (pastinya harus ada AC yaΒ  πŸ˜‰ ). Di beberapa sudut, dalam pot-pot besar bolehlah ditanam pohon temurui, pohon tomat-ceri, jeruk purut, lemon & pohon cabe. Kalau area-nya agak luas… bisa juga diletakkan meja kecil & sofa untuk tempat minum teh sore-sore πŸ˜‰ Letak spice-garden ini juga harus dekat dengan dapur; jadi kalau gueΒ  lagi masak & perlu bumbu-bumbu, gue tinggal jalan dikit aja kesana untuk memetik daun-daun bumbu yang gue inginkan bersama Baim & anak-anak kami nanti… Aaaah, ini menyenangkan sekali !!! πŸ˜†

rooftopgarden

Semoga impian akan rumah-masa-depan ini terwujud pas nanti kami sudah punya rumah… amiiiin πŸ˜‰ Untuk sekarang, gue mau mikir dulu… windowsill dekat tempat jemuran itu bagusnya diisi tanaman apa aja ya ??